Resume Materi Kelas Bunda Sayang Sesi #1 - Komunikasi Produktif

Resume Materi Kelas Bunda Sayang sesi #1


Senin, 23 Januari 2017
Pukul 20.00 - 21.00 WIB
Narsum: Mbak Ai

KOMUNIKASI PRODUKTIF


Selisih paham sering kali muncul bukan karena isi percakapan melainkan dari cara penyampaiannya. Maka di tahap awal ini penting bagi kita untuk belajar cara berkomunikasi yang produktif,  agar tidak mengganggu hal penting yang ingin kita sampaikan,  baik kepada diri sendiri,  kepada pasangan hidup kita dan anak-anak kita.

KOMUNIKASI DENGAN DIRI SENDIRI

Tantangan terbesar dalam komunikasi adalah mengubah pola komunikasi diri kita sendiri. Karena mungkin selama ini kita tidak menyadarinya bahwa komunikasi diri kita termasuk ranah komunikasi yang tidak produktif.

Kita mulai dari pemilihan kata yang kita gunakan sehari-hari.

Kosakata kita adalah output dari struktur berpikir  dan cara kita berpikir

Ketika kita selalu berpikir positif maka kata-kata yang keluar dari mulut kita juga kata-kata positif, demikian juga sebaliknya.

Kata-kata anda itu membawa energi, maka pilihlah kata-kata anda

Kata  *masalah* gantilah dengan *tantangan*

Kata *Susah* gantilah dengan *Menarik*

Kata *Aku tidak tahu* gantilah *Ayo kita cari tahu*

Ketika kita berbicara “masalah” kedua ujung bibir kita turun, bahu tertunduk, maka kita akan merasa semakin berat dan tidak bisa melihat solusi.


Tapi jika kita mengubahnya dengan “TANTANGAN”, kedua ujung bibir kita tertarik, bahu tegap, maka nalar kita akan bekerja mencari solusi.


Pemilihan diksi (Kosa kata) adalah pencerminan diri kita yang sesungguhnya


Pemilihan kata akan memberikan efek yang berbeda terhadap kinerja otak. Maka kita perlu berhati-hati dalam memilih kata supaya hidup lebih berenergi dan lebih bermakna.


Jika diri kita masih sering berpikiran negatif, maka kemungkinan diksi (pilihan kata) kita juga kata-kata negatif, demikian juga sebaliknya.


KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN

Ketika berkomunikasi dengan orang dewasa lain, maka awali dengan kesadaran bahwa “aku dan kamu” adalah 2 individu yang berbeda dan terima hal itu.


Pasangan kita dilahirkaan oleh ayah ibu yang berbeda dengan kita, tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang berbeda, belajar pada kelas yang berbeda, mengalami hal-hal yang berbeda dan banyak lagi hal lainnya.


Maka sangat boleh jadi pasangan kita memiliki Frame of Reference (FoR) dan Frame of Experience (FoE) yang berbeda dengan kita.


FoR adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tatanilai yang dianut seseorang. Bisa berasal dari pendidikan ortu, buku bacaan, pergaulan, indoktrinasi dll.


FoE adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang.


FoE dan FoR mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu pesan/informasi yang datang kepadanya.


Jadi jika pasangan memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda atas sesuatu, ya tidak apa-apa, karena FoE dan FoR nya memang berbeda.


Komunikasi dilakukan untuk MEMBAGIKAN yang kutahu kepadamu, sudut pandangku agar kau mengerti, dan demikian pula SEBALIK-nya.


Komunikasi yang baik akan membentuk FoE/FoR ku dan FoE/FoR mu ==> FoE/FoR KITA


Sehingga ketika datang informasi akan dipahami secara sama antara kita dan pasangan kita, ketika kita menyampaikan sesuatu,  pasangan akan menerima pesan kita itu seperti yang kita inginkan.


Komunikasi menjadi bermasalah ketika menjadi MEMAKSAKAN pendapatku kepadamu, harus kau pakai sudut pandangku dan singkirkan sudut pandangmu.


Pada diri seseorang ada komponen NALAR dan EMOSI;

bila Nalar panjang - Emosi kecil; bila Nalar pendek - Emosi tinggi


Komunikasi antara 2 orang dewasa berpijak pada Nalar.
Komunikasi yang sarat dengan aspek emosi terjadi pada anak-anak atau orang yang sudah tua.


Maka bila Anda dan pasangan masih masuk kategori Dewasa --sudah bukan anak-anak dan belum tua sekali-- maka selayaknya mengedepankan Nalar daripada emosi, dasarkan pada fakta/data dan untuk problem solving.


Bila Emosi anda dan pasangan sedang tinggi, jeda sejenak, redakan dulu ==> agar Nalar anda dan pasangan bisa berfungsi kembali dengan baik.


Ketika Emosi berada di puncak amarah (artinya Nalar berada di titik terendahnya) sesungguhnya TIDAK ADA komunikasi disana, tidak ada sesuatu yang dibagikan; yang ada hanya suara yang bersahut-sahutan, saling tindih berebut benar.


Ada beberapa kaidah yang dapat membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas komunikasi Anda dan pasangan:


1. Kaidah 2C: Clear and Clarify

Susunlah pesan yang ingin Anda sampaikan dengan kalimat yang jelas (clear) sehingga mudah dipahami pasangan. Gunakan bahasa yang baik dan nyaman bagi kedua belah pihak.


Berikan kesempatan kepada pasangan untuk bertanya, mengklarifikasi (clarify) bila ada hal-hal yang tidak dipahaminya.


2. Choose the Right Time

Pilihlah waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan pesan. Anda yang paling tahu tentang hal ini. Meski demikian tidak ada salahnya bertanya kepada pasangan waktu yang nyaman baginya berkomunikasi dengan anda, suasana yang diinginkannya, dll.


3. Kaidah 7-38-55

Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi.


Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).

Anda tentu sudah paham mengenai hal ini. Bila pasangan anda mengatakan "Aku jujur. Sumpah berani mati!" namun matanya kesana-kemari tak berani menatap Anda, nada bicaranya mengambang maka pesan apa yang Anda tangkap? Kata-kata atau bahasa tubuh dan intonasi yang lebih Anda percayai?

Nah, demikian pula pasangan dalam menilai pesan yang Anda sampaikan, mereka akan menilai kesesuaian kata-kata, intonasi dan bahasa tubuh Anda.

4. Intensity of Eye Contact

Pepatah mengatakan "Mata adalah jendela hati"


Pada saat berkomunikasi tataplah mata pasangan dengan lembut, itu akan memberikan kesan bahwa Anda terbuka, jujur, tak ada yang ditutupi. Disisi lain, dengan menatap matanya Anda juga dapat mengetahui apakah pasangan jujur, mengatakan apa adanya dan tak menutupi sesuatu apapun.


5. Kaidah: I'm responsible for my communication results

Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan.

Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami, jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.


Perhatikan senantiasa responnya dari waktu ke waktu agar Anda dapat segera mengubah strategi dan cara komunikasi bilamana diperlukan. Keterlambatan memahami respon dapat berakibat timbulnya rasa jengkel pada salah satu pihak atau bahkan keduanya.


KOMUNIKASI DENGAN ANAK

Anak-anak itu memiliki gaya komunikasi yang unik.

Mungkin mereka tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng copy


Sehingga gaya komunikasi anak-anak kita itu bisa menjadi cerminan gaya komunikasi orangtuanya.

Maka kitalah yang harus belajar gaya komunikasi yang produktif dan efektif. Bukan kita yang memaksa anak-anak untuk memahami gaya komunikasi orangtuanya.

Kita pernah menjadi anak-anak, tetapi anak-anak belum pernah menjadi orangtua, sehingga sudah sangat wajar kalau kita yang harus memahami mereka.

Bagaimana Caranya ?

a. Keep Information Short & Simple (KISS)

Gunakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk

Kalimat tidak produktif :
“Nak, tolong setelah mandi handuknya langsung dijemur kemudian taruh baju kotor di mesin cuci ya, sisirlah rambutmu, dan jangan lupa rapikan tempat tidurmu.


Kalimat Produktif :
“Nak, setelah mandi handuknya langsung dijemur ya”  ( biarkan aktivitas ini selesai dilakukan anak, baru anda berikan informasi yang lain)

b. Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah

Masih ingat dengan rumus 7-38-55 ? selama ini kita sering menggunakan suara saja ketika berbicara ke anak, yang ternyata hanya 7% mempengaruhi keberhasilan komunikasi kita ke anak. 38% dipengaruhi intonasi suara dan 55% dipengaruhi bahasa tubuh

Kalimat tidak produktif:
“Ambilkan buku itu !” ( tanpa senyum, tanpa menatap wajahnya)

Kalimat Produktif :
“Nak, tolong ambilkan buku itu ya” (suara lembut , tersenyum, menatap wajahnya)

Hasil perintah pada poin 1 dengan 2 akan berbeda. Pada poin 1, anak akan mengambilkan buku dengan cemberut. Sedangkan poin 2, anak akan mengambilkan buku senang hati.

c.  Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan

Kalimat tidak produktif :
“Nak, Ibu tidak ingin kamu ngegame terus sampai lupa sholat, lupa belajar !”

Kalimat produktif :
“Nak, Ibu ingin kamu sholat tepat waktu dan rajin belajar”

d.  Fokus ke depan, bukan masa lalu

Kalimat tidak produktif :
“Nilai matematikamu jelek sekali,Cuma dapat 6! Itu kan gara-gara kamu ngegame terus,sampai lupa waktu,lupa belajar, lupa PR. Ibu juga bilang apa. Makanya nurut sama Ibu biar nilai tidak jeblok. Kamu sih nggak mau belajar sungguh-sungguh, Ibu jengkel!”

Kalimat produktif :
“Ibu lihat nilai rapotmu, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ada yang bisa ibu bantu? Sehingga kamu bisa mengubah strategi belajar menjadi lebih baik lagi”

e. Ganti kata ‘TIDAK BISA” menjadi “BISA”

Otak kita akan bekerja seseai kosa kata. Jika kita mengatakan “tidak bisa” maka otak akan bekerja mengumpulkan data-data pendukung faktor ketidakbisaan tersebut. Setelah semua data faktor penyebab ketidakbisaan kita terkumpul , maka kita malas mengerjakan hal tersebut yang pada akhirnya menyebabkan ketidakbisaan sesungguhnya. Begitu pula dengan kata “BISA” akan membukakan jalan otak untuk mencari faktor-faktor penyebab bisa tersebut, pada akhirnya kita BISA menjalankannya.

f. Fokus pada solusi bukan pada masalah

Kalimat tidak produktif :
“Kamu itu memang tidak pernah hati-hati, sudah berulangkali ibu ingatkan, kembalikan mainan pada tempatnya, tidak juga dikembalikan, sekarang hilang lagi kan, rasain sendiri!”

Kalimat produktif :
“ Ibu sudah ingatkan cara mengembalikan mainan pada tempatnya, sekarang kita belajar memasukkan setiap kategori mainan dalam satu tempat. Kamu boleh ambil mainan di kotak lain, dengan syarat masukkan mainan sebelumnya pada kotaknya terlebih dahulu”.


g. Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan

Berikanlah pujian dan kritikan dengan menyebutkan perbuatan/sikap apa saja yang perlu dipuji dan yang perlu dikritik. Bukan hanya sekedar memberikan kata pujian dan asal kritik saja. Sehingga kita mengkritik sikap/perbuatannya bukan mengkritik pribadi anak tersebut.

Pujian/Kritikan tidak produktif :

“Waah anak hebat, keren banget sih”
“Aduuh, nyebelin banget sih kamu”

Pujian/Kritikan produktif :
“Mas, caramu menyambut tamu Bapak/Ibu tadi pagi keren banget, sangat beradab, terima kasih ya nak”

“Kak, bahasa tubuhmu saat kita berbincang-bincang dengan tamu Bapak/Ibu tadi sungguh sangat mengganggu, bisakah kamu perbaiki lagi?”

h. Gantilah nasihat menjadi refleksi pengalaman

Kalimat Tidak Produktif:
“Makanya jadi anak jangan malas, malam saat mau tidur, siapkan apa yang harus kamu bawa, sehingga pagi tinggal berangkat”

Kalimat Produktif:
“Ibu dulu pernah merasakan tertinggal barang yang sangat penting seperti kamu saat ini, rasanya sedih dan kecewa banget, makanya ibu selalu mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari menjelang tidur.

I. Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan observasi

Kalimat tidak produktif :
“Belajar apa hari ini di sekolah? Main apa saja tadi di sekolah?

Kalimat produktif :
“ Ibu lihat matamu berbinar sekali hari ini,sepertinya  bahagia sekali di sekolah,  boleh berbagi kebahagiaan dengan ibu?”

j. Ganti kalimat yang Menolak/Mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati

Kalimat tidak produktif :
"Masa sih cuma jalan segitu aja capek?"

kalimat produktif :
kakak capek ya? Apa yang paling membuatmu lelah dari perjalanan kita hari ini?

k. Ganti perintah dengan pilihan

kalimat tidak produktif :
“ Mandi sekarang ya kak!”

Kalimat produktif :
“Kak 30 menit  lagi kita akan berangkat, mau melanjutkan main 5 menit lagi,  baru mandi, atau mandi sekarang, kemudian bisa melanjutkan main sampai kita semua siap berangkat



Salam Ibu Profesional,

/Tim Bunda Sayang IIP/

Sumber bacaan:
Albert Mehrabian, Silent Message : Implicit Communication of Emotions and attitudes, e book, paperback,2000

Dodik Mariyanto, Padepokan Margosari : Komunikasi Pasangan, artikel, 2015

Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Komunikasi Produktif, Gaza Media, 2014

Hasil wawancara dengan Septi Peni Wulandani tentang pola komunikasi di Padepokan Margosari

_____________________________

Seputar Tanya Jawab Bunda Sayang Sesi "Komunikasi Produktif"


🎤Bunda Laela
Ketika dalam keadaan sadar, pilihan  kata utk komunikasi efektif ini sudah ada di kepala, tapi pada prakteknya menguap ketika emosi menguasai,sudah berusaha meredakan emosi menurunklan ointonasi,duduk minum air putih seperti yang dilakukan bu septi tapi tetap pemilihan kata kata yang keluar tidk sesuai komnsep awal. Bagaimana menyiasatinya?

Jawab:
Mbak Laila, memang butuh latihan. Saat emosi menguasai, yang saya lakukan lebih baik diam, menarik nafas dalam, beristigfar dan membaca taawudz, tidak mengatakan apapun. Sampai hati saya tenang dan menccoba menyusun kata2 dulu dalam hati sebelum diucapkan. Menimbang, kalau saya ucapkan ini apa yang akan terjadi, kalau mengucapkan itu apa yang akan terjadi. Kalau marah sama anak, sebisa mungkin hanya menarik nafas dalam sambil menatap matanya. Setelah merasa tenang baru menyampaikan kesalahan apa yang dia lakukan. Apa yang seharusnya, lalu peluk dan sampaikan kepercayaan kita kalau anak kita bisa melakukan sesuai dengan apa yg kita harapkan.

Kalau kita belum bisa mengendalikan kata2 kita, lebih baik diam.

Semangat untuk terus berlatih ya mbak laila 💪


🎤Bunda Tika
Anak sy 6y terlanjur ngikutin gaya marah saya 😖 dia copy paste saya bangeeettt ampunnn
Dan ternyata nyebelinnya ruar biasa
Gimana ya cara utk merubahnya
Sy percaya pasti bisa tp kok belom nemu kuncinya
Tiap sy berusaha utk bersikap positif..ngomong baik2 kok malah makin diledek hihi

Jawab :
Bunda Tika, kunci yang pertama adalah istigfar dan tanamkan dalam hati kalau kita tidak akan mengulangi kesalahan kita, dan kembalikan menjadi sebuah doa dengan harapan bisa tercipta komunikasi produktif di dalam keluarga kita.
Yang kedua, minta maaf sama anak kita kalau tindakan marah yang kita lakukan dulu saat marah itu tidak baik dan bunda tika menyesal. (Choose the right time)
Yang ketiga jangan berespon apapun saat anak sedang marah, cuekin saja dan pantau dia.
Yang keempat berikan contoh yang baik tentang komunikasi produktif dalam berbagai situasi, termasuk saat marah.

cmiiw


🎤Bunda Arssy
Assalamualaikum
Bagaimana cara memperbaiki komunikasi efektif pada anak yg sudah terlanjur tidak efektif sblm nya........mksh

Jawab :
Bunda Arssy, jangan berpikir untuk mengubah orang lain, apalagi berharap banyak dengan perubahan mereka. Terima apapun kenyataannya.
Mulailah dengan diri sendiri. Berikan contoh bagaimana cara berkomunikasi dengan produktif dirumah. Setahap demi setahap. Lakukan dengan antusias. Sertai dengan doa.
InsyaAllah perubahan akan terjadi walau sedikit demi sedikit.

Selamat berlatih...


🎤Bunda Ika
Assalamualaikum Bagaimana cara mengkomunikasikan kpd org tua kita (kakek neneknya anak2) menjelaskan bahwa ada beberapa pola asuh kami yg berbeda dengan pola asuh orang tua kita dulu. Agar tidak menyinggung perasaan orang tua dan orang tua bisa menerima dan memahami pilihan pola asuh kita. Terimakasih sebelumnya mbaa.. 😊

Jawab :
Bunda Ika...
Sebelum berkomunikasi dengan orang tua, pastikan kondisi emosi kita sedang stabil. Pilih waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan mereka. Terima mereka sebagi orang yang punya banyak pengalaman dalam pengasuhan. Pilah dulu mana yang sesuai dan mana yang tidak sesuai. Sampaikan apresiasi untuk pola asuh yang sesuai, baru sampaikan hal2 yang tidak sesuai.
cmiiw


🎤Bunda Resti
Pertanyaan saya bagaimana membatasi penggunaan gadget (hp & laptop) utk anak2 karena walaupun sdh ada jdwlnya dia selalu merengek..awal2 saya tega karena sdh kesepakatan bersama, tapi lama- lama anak itu menjadi gampang emosi. Pertanyaan ke 2 Bagaimana cara komunikasi yg paling efektif utk memberi pengertian padanya.

Jawab :
Bunda Resti...
Pastikan kita komitmen dengan kesepakatan yang telah kita buat. Tidak mudah luluh dengan rengekan anak kita, tegas (bukan galak)
Alihkan perhatian anak kita dengan permainan yang lebih menarik daripada main gadget.
Kalau saya, biasanya dengan kalimat "Aha, bunda punya ide... bagai mana kalau kita main petak umpet?" Misalnya atau dengan mengajaknya jalan2. Ataw permainan apa saja yang anak kita sukai.

Kalau kata Elan :"orang tua harus lebih update" ketimbang game di gadget.
Kuncinya kita harus menciptakan permainan yg lebih menarik.



🎤Bunda Poppy
Dalam berkomunikasi dengan anak, seperti kebiasaan pada umumnya, ada intonasi/kalimat2 yg secara tidak sadar saya ucapkan di hadapan anak. Yang sebenarnya hal tersebut tidak saya sukai.
(biasanya terucap dalam keadaan terburu-buru, tertekan, sambil mengerjakan pekerjaan deadline, dll).
Lalu ternyata di kesempatan lain, anak meniru hal tersebut...

Bagaimana cara menyikapinya?
Bisakah saya dan anak saya berubah?

Jawab :
Bunda Popi, pertanyaannya mirip dengan pertanyaan mbak Laela ya...

Apakah pernah mendengar kata mindfulness?

Intinya adalah sadar penuh (utuh 100%) disini, dan saat ini.

Manajemen waktu.

Kalau bisa, saat bersama anak, tinggalkan aktivitas yang lain. Hadirkan diri kita untuk anak 100%. Tanpa memikirkan apapun. Buat kesepakatan bahwa kita akan bermain dengan anak mulai pkl sekian sampai pkl sekian (pasang alarm). Sampaikan, kalau waktunya habis, saatnya kita melakukan pekerjaan kita mulai pkl berapa sampai pukul berapa. Lalu bisa main lagi sama anak kita.

Untuk pertanyaan kedua, jawabannya adalah "*BISA*"
Sertai dengan tawakal dan doa, yakin Allah yang akan membantu kita.

Semangat 💪

🎤Bunda Wiwit
Assalamualaikum..
materi "Komunikasi produktif" ini sgt Bergizi dan bermanfaat.
Mhn pencerahan bgmn kiat2 step2 komunikasi yg baik dan efektif utk menyamakan FoR & FoE dg orang tua kita (lingkungan kakek nenek) dlm hal pengasuhan dan mendidik anak? . Bila terkadang terdapat beda pandangan, agar tdk menyakiti perasaan mereka.
Jazakillah khair 😊🙏🏼

Jawab :
Waalaikumussalam...
Bunda Wiwit, cara kita mengetahui FoE dan FoR seseorang, intinya adalah memahami adat kebiasaan (bisa dipengaruhi suku dan agama, boleh mencarinya dari berbagai referensi), menggali cerita dan pengalaman masa lalunya. Sharing pendapat, dengan menceritakan contoh kasun, dsb.
Intinya sering ngobrol.
Kalau untuk menyampaikan beda pandangan, td sudah di bahas di jawaban pertanyaan bunda ika.

🎤Bunda Azay
Bagaimana menyatukan FoE & FoR setiap orang yg berbeda menjadi FoE&FoR bersama? Apa yg mnjadi dasar menentukan FoE&FoR mana yg lebih baik untuk digunakan?
Terima kasih😊

Jawab :
Bunda azay, jawabannua adalah "proses"
Komunikasi terus menerus. Ngobrol...
Belajar bersama tentang komunikasi produktif ini. Sampaikan FoE dan FoR kita, dan gali FoE dan FoR suami.
Rujukan yang terbaik adalah al-qur'an, hadits dan sunah rasul, insyaAllah.

🎤Bunda Hestya
Sebelumnya saya pernah mendapat materi terkait komunikasi dg anak.Isinya kurang lebih sama dg yg disampaikan dsini.Saya berusaha mempraktekkan sedini mungkin terhadap anak,mskipun belum 100%.Alhamdulillah,smua terasa lancar.Apapun yg saya sampaikan,seolah terserap dg sangat baik.Hingga saya merasa sudah mulai banyak kebiasaan2 baik dalam diri anak saya,seperti merapikan mainan kembali,membuang sampah pada tempatnya tanpa diingatkan,dll.Tapi,semakin mendekati usia tiga tahun perlahan kebiasaan2 baik itu seolah memudar.Ketika diingatkan,lebih banyak menolak.Saya merasa sekarang ini dia lebih susah diatur dibanding sbelumnya.Kira2 faktor apa ya yang membuat anak saya seperti ini?Lalu bagaimana sebaiknya saya menghadapinnya?

Jawab:
Menantang ya bunda Hestya...😅
Memang, umur 3 th, otak anak sedang berkembang, rasa ingin tahunya meningkat. Segala hal ingin dia coba...
Kesabaran kita memang diuji.

Tazkiyatunafs secara berkala memang diperlukan dalam komunikasi produktif ini.

Coba tetap tersenyum saat melihat tingkah anak yang tidak berkenan di hati kita. Jangan bereaksi saat anak melakukan hal yang menjengkelkan, dan apresiasi dengan kebaikan yang dilakukannya (sebutkan kebaikannya)


🎤Bunda Silvia
Ketika gaya komunikasi kita yg negatif terlanjur sudah ditiru oleh anak ( anak balita khususnya), apa yg harus dilakukan? Sementara krn sedikitnya ilmu, kita baru memulai merubah diri, dan dlm proses nya jg sering gagal dan jatuh lagi, kembali mengulang komunikasi negatif. Bagaimana spy yg membekas di anak adalah yg baik dan positif? Trm ksh

Jawab :
Segera perbaiki, dan tetap konsisten.
InsyaAllah seiring proses yang kita lakukan kebiasaan lama akan terganti dengan kebiasaan baru, yakinlah...

Sertai dengan tawakal dan doa.

🎤Bunda Dikey
Bolehkah dikaitkan kestabilan emosi sso berhubungan dg kualitas iman sso?hehehe,,dulu pas jaman blm punya anak,,bercita2 banget jd ibu yg ngk marah,ngk cerewet,,hehehe,,ternyata ngk gitu juga y😅klo lihat rumput tetangga,,kok bisa y sesabar itu,,hehehe,,terus berkaca,,oooo,,bisa jd kualitas iman ibadah sy yg kurang😅

Jawab:
Betul Bunda,
Dan saat kita mengazamkan diri untuk menjadi orang yang seperti "itu", disitulah kita akan diuji.

Contoh, saat kita berjanji menjadi orang yang lebih sabar. Ya... tantangan yang menguji kesabaran kita kan terus datang.
Pola asuh orang tua kita dulu, tanpa sadar akan kita tiru saat kita mengasuh anak kita.
Makanya belajar secara kontinu dan terus menerus mengupgrade diri kita itu sangatlah penting.
Tazkiyatunnafs sepanjang hayat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal #1: Identifikasi Masalah

Jurnal 10: Libur Tlah Usai, Saatnya Tancap Gas

Menstimulasi Anak Suka Membaca (10)